Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai

Cerita tentang Peduli dan Berbagi

“Adeek..!!! bangun cepetan, kamu lupa ya? Kita kan mau pergi kerumah nenek..” teriak seorang laki-laki muda di depan pintu kamar adeknya. “Hmm.. iya, iya, aku banguun…” teriak carisa dari dalam kamarnya. Ia pun langsung menyibak selimutnya yang tadi membungkus tubuhnya. Carisa berjalan kearah lemari lalu membuka pintu dan mengambil mihnah serta pakaian dalamnya, kemudian dia berjalan kesamping lemari dan mengambil handuknya. Lalu dia bergegas pergi ke kamar mandi.

Selang beberapa menit carisa sudah selesai mandi. Kemudian dia membersihkan kamarnya yang berantakan karena sehabis tidur. Setelah itu carisa memilih khimar dan gamis yang akan ia pakai untuk kerumah neneknya. Dia memilih memakai pashmina berwarna coklat tua, gamis berwarna coklat muda. Dan tidak lupa dia memakai cardigan rajut berwarna hitam, dan sepatu putih.

Dalam perjalanan kerumah neneknya carisa dan keluarganya menikmati perjalannya. Mereka bernyanyi-nyanyi didalam mobil, dan melihat laut biru disebelah kanan jalan. Inilah pemandangan yang sangat langka dikota. Makannya setiap mereka sekeluargaberkunjung ke rumah nenek carisa, mereka selalu menikmati pemandangan laut luas yang biru. Tidak jarang pula mereka mengunjungi satu-persatu pantai yang ada di daerah banten. Karena mereka hanya berkunjung setahun sekali ke sana. Itupun kalau ayah dan ibu libur.

Carisa dan abangnya berfoto-foto di dekat pantai. Lalu carisa melihat ada anak perempuan kira-kira sepantaran dengannya tengah dikejar oleh warga. Carisa dengar warga itu meneriakkinya dengan sebutan ‘maling’. HAH?! MALING?? batinnya dalam hati. Kemudian dia memanggil abangnya yang sedang berdiri tak jauh darinya. Lalu carisa menggapit tangan abangnya sambil berlari mengerjar perempuan tersebut. “Astagfirullah!, adek ini kita mau kemana?? Jangan jauh-jauh nanti ayah sama bunda nyariin” sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman carisa. “ih abang, liat gk sih tadi ada perempuan kira-kira sepantaran aku gitu.. terus dia dikejar-kejar sama warga. Terus diteriakkin maling pula” jelas carisa kepada abangnya. “makannya jangan liatin tuh HP mulu. kalo adeknya diculik juga gak bakalan engeh juga tuh” sindir carisa kesal kepada abangnnya. “hush!!..jangan ngomong kayak gitu ngawur deh kamu” sergah abangnya cepat.

“kemana arah perempuan itu tadi??” tanya bang Ilham kepada Carisa. Lalu Carisa menunjuk kearah kamar mandi umum. Bang Ilham pun melihat arah yang ditunjuk oleh Carisa. “ maksud kamu perempuan itu ada dibalik kamar mandi umu??” carisa pun  hanya mangangukkan kepalanya, bertanda bahwa yang dikatan abangnya benar. Lalu mereka berdua pelan-pelan mendekat kearah kamar mandi umum. Dan betapa kagetnya mereka saat melihat ada apa dibalik kamar mandi umum itu. Disitu ada seorang gadis tadi yang dilihat oleh Carisa sedang menyuapi seorang wanita paruh baya yang sedang tiduran tidak berdaya, yang hanya beralaskan karung bekas beras. Carisa dan abangnya hanya saling pandang. Bingung harus berbuat apa. Akhirnya bang Ilham mendekati perempuan tadi. Perempuan tadi terkejut. Lalu memohon ampun kepada mereka berdua supaya tidak dilaporkan kekantor polisi. Lalu carisa dan abangnya bilang bahwa mereka tidak akan melaporkannya kepada warga, dan polisi. Ternyata perempuan itu mengambil obat di apotik sebrang jalan untuk ibunya yang sakit. Karena tidak ada uang akhirnya dia terpaksa mencuri. Dia tidak punya rumah dan juga pekerjaan. Alhasih tidak ada uang untuk kehidupan sehari-harinya. Dia hanya meminta belas kasihan kepada orang-orang. Kemana negaraku yang katanya makmur dan adil? Batin Carisa dalam hati.

Bang Ilham dan Carisa meinta perempuan tadi untuk menunggu mereka sebentar. Lalu abang beradik tersebut kembali lagi dengan membawa 2 bungkus nasi padang dan beberapa bungkus roti tawar dengan selai coklat. Juga ada beberapa minuman dan cemilan. Carisa dan abangnya pun berpamitan kepada perempuan tadi sambil menyelipkan beberapa lembar uang 100.000 saat salaman.

Perempuan tadi tidak henti-hentinya mengucapkan terimakasih berkali-kali kepada Carisa dan Abangnya. Dan dia berdoa supaya kebaikkan kakak dan adik tersebut di balas sama Allah. Ternyata orang tua Carisa dari tadi sudah melihat semua perlakuan kedua anaknya tersebut. Betapa bangganya mereka kepada anak-anaknya yang sudah berpikiran dewasa. Dan mau menolong orang-orang yang kurang mampu.

Bersambung… [Firly Maulia Apriani, asal Bekasi, Jawa Barat, kelas 10]

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: